Sel kanker/reuters
Health

Waduh! Indonesia Masuk 10 Besar dengan Kasus Kanker Ovarium Tertinggi di Dunia

Mutiara Nabila
Kamis, 24 Juli 2025 - 20:15
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kanker ovarium atau kanker leher rahim merupakan salah satu jenis kanker yang banyak dialami di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Namun, gejalanya kerap diabaikan, membuat penyakit ini tak bisa segera dideteksi. 

Berdasarkan Data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN) 2022 menunjukkan bahwa kanker ovarium menempati peringkat ketiga sebagai kanker terbanyak pada perempuan di Indonesia. 

Kanker ovarium epitelial menjadi jenis kanker ovarium paling umum terjadi yang berkembang pada jaringan epitel, yaitu lapisan tipis yang menutupi bagian luar ovarium. 

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Konsultan Onkologi, dr. Muhammad Yusuf, menyebutkan bahwa Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan jumlah kasus kanker ovarium tertinggi di dunia, dengan 15.130 kasus baru setiap tahunnya. 

Menurutnya, angka ini mencerminkan masih rendahnya tingkat kesadaran masyarakat mengenai kanker ovarium, serta terbatasnya edukasi seputar faktor risikonya. 

"Melihat kondisi tersebut, sangat penting bagi kita untuk bersama-sama meningkatkan kesadaran akan kanker ovarium, termasuk pemahaman terhadap ancamannya dan edukasi kepada masyarakat, terutama perempuan, mengenai pentingnya deteksi dini kesehatan reproduksi," ujarnya, mengutip keterangan resmi, Kamis (24/7/2025). 

Gejala yang Sering Diabaikan

Berdasarkan data dari American Cancer Society dan National Cancer Institute menunjukkan bahwa sebagian besar kasus kanker ovarium baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut. 

Hal ini disebabkan karena gejala awal yang cenderung ringan, tidak spesifik, dan sering diabaikan, seperti perut kembung, nyeri panggul, serta gangguan pencernaan.

 “Kanker ovarium merupakan penyebab kematian tertinggi dari seluruh kanker ginekologi dengan mayoritas pasien kanker ovarium baru terdiagnosis pada stadium 3 atau 4 akibat gejala awal yang tidak spesifik, sehingga penanganan medis umumnya sudah memerlukan tindakan operasi atau kemoterapi. Terlebih, risiko kekambuhan setelah kemoterapi awal pun sangat tinggi, yaitu mencapai 70% dalam tiga tahun pertama” tambah dr. Yusuf.

Faktor Risiko Kanker Ovarium

Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seorang perempuan terkena kanker ovarium antara lain berikut ini:

• Riwayat keluarga, khususnya jika ada kerabat tingkat pertama (seperti ibu atau saudara kandung) yang pernah menderita kanker ovarium

• Riwayat reproduksi seperti menstruasi yang dimulai terlalu dini

• Tidak pernah hamil, atau menopause yang terjadi pada usia lebih tua dari rata-rata

• Faktor genetik termasuk mutasi pada gen BRCA1/BRCA2 (Breast Cancer Gene), serta kelainan pada mekanisme perbaikan DNA seperti Homologous Recombination Deficiency (HRD)

• Obesitas

• Usia lanjut

Pencegahan Kanker Ovarium

Oleh karena itu, menjalani gaya hidup sehat memiliki peran penting dalam menurunkan risiko kanker ovarium. 

Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan antara lain, menjaga berat badan ideal, menjalankan pola makan yang seimbang dan sehat, memilih kontrasepsi oral atau Pil KB, berhenti merokok, hingga menghindari terapi hormon. Kebiasaan ini bisa mendukung kesehatan reproduksi perempuan secara menyeluruh.

Berbeda dengan jenis kanker lainnya, hingga saat ini belum tersedia metode skrining yang benar-benar akurat dan dapat diandalkan untuk mendeteksi kanker ovarium sejak dini. 

Meski demikian, pemeriksaan seperti transvaginal ultrasound dan tes darah CA-125 dapat menjadi opsi pendukung dalam upaya deteksi dini.

Penulis : Mutiara Nabila
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro