Bisnis.com, JAKARTA - Stroke adalah masalah kesehatan yang tak hanya terjadi pada orang berusia paruh baya ke atas saja, juga kaum muda. Stroke bahkan jamak dialami orang usia produktif. Tapi, tahukah Anda bahwa strok bisa dideteksi lewat senyuman?
“Saya bahkan pernah menangani pasien strok usia 7 tahun,” kata dokter spesialis saraf Sahat Aritonang.
Hal ini membuktikan bahwa stroke merupakan ancaman bagi siapa saja di segala usia. Sayangnya, banyak orang yang belum paham mengenai penyakit yang terkait dengan pembuluh darah ini. Akibatnya, banyak juga orang yang salah kaprah dalam penanganannya.
Menurut dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah Bintaro Jaya Jakarta ini, stroke merupakan penyebab kecacatan dan kematian tertinggi di Indonesia.
Sebenarnya, apabila stroke ditangani dengan lebih cepat, kecacatan atau risiko kematian dapat dihindari atau diminimalisasi. Itulah sebabnya penanganan harus dilakukan dengan serius, cepat, dan tepat.
“Strok merupakan gangguan peredaran darah di otak yang terjadi secara mendadak,” kata Sahat.
Baca Juga Masih Muda Sudah Beruban, Ini Sebabnya |
---|
Banyak kasus stroke terjadi pada orang yang tampaknya sehat dan baik-baik saja, tetapi mendadak mengalami kerusakan pembuluh darah di otak.
Serangan strok menyebabkan seseorang kehilangan fungsi pada bagian tubuh tertentu, seperti pada wajah, tangan, bahkan seluruh tubuh. Hal ini terkait dengan otak yang merupakan pusat dari seluruh sistem pada tubuh.
“Ada tiga unsur yang harus diperhatikan untuk menentukan seseorang mengalami strok, yaitu mendadak, ada gejala klinis, dan terjadi gangguan peredaran darah otak,” ujar Sahat.
Cara mendeteksi paling sederhana adalah melalui senyuman. Apabila ketika tersenyum seseorang tidak memiliki garis senyum yang simetris antara sisi kiri dan sisi kanan, hal ini perlu dicurigai sebagai tanda-tanda stroke.
Selain itu, menurut Sahat, stroke juga dapat dikenali apabila terjadi perubahan gerakan pada bagian tubuh.
“Misalnya, begitu bangun tidur, mendadak tubuh tidak bisa digerakkan,” katanya.
Gejala lainnya dapat dilihat melalui kondisi mulut ketika berbicara. Apabila seseorang yang tadinya berbicara baik-baik saja kemudian mendadak berbicara tidak jelas, kemungkinan besar dia mengalami stroke.
Menurut Sahat pada beberapa kasus ada pasien stroke yang tetap bisa berbicara dengan baik, tetapi ucapannya tidak dapat dimengerti. Sebagian lagi, pasien tetap dapat berbicara tetapi tidak bisa berpikir dengan baik.
Kecacatan bagian tubuh akibat stroke bergantung kepada letak serangannya di otak. Ketika stroke menyerang bagian fungsi motorik, orang akan mengalami kesulitan untuk beraktivitas seperti berbicara, berjalan, atau melakukan gerakan lain.
Seseorang yang mengalami kelumpuhan total kemungkinan besar hampir seluruh bagian otaknya terkena dampak stroke.
Ada juga gejala stroke yang tidak kentara, seperti hilang keseimbangan seolah vertigo dan kaburnya penglihatan.
“Tetapi bagaimanapun polanya, kejadiannya pasti mendadak,” kata Sahat.