Bisnis.com, JAKARTA - Masalah klasik negara tropis adalah suhu udara dan tingkat kelembaban udara yang tinggi.
Akibatnya, pakaian yang kita kenakan mudah basah oleh keringat dan akhirnya menjadi bau.
Karena itu, sangat penting memakai pakaian yang nyaman, menyerap keringat dan tidak mudah bau.
Keringat berlebih karena suhu udara, akan membuat pakaian Anda mudah menjadi bau. Bau ini juga bisa ditimbulkan oleh bakteri.
Bakteri akan lebih mudah berkembang pada kisaran suhu 4°C - 60°C, dan tumbuh dua kali lipat lebih banyak setiap 20 menit. Sementara data dari 84 stasiun pengamatan BMKG mengatakan bahwa suhu rata-rata bulan Januari 2021 di Indonesia adalah 26.5°C.
Dan menjelang musim kemarau yang biasa terjadi pada bulan April hingga Oktober, suhu akan meningkat hingga 34°C - 36°C dengan kelembaban udara berkisar pada 80 – 100%.
Perpaduan antara suhu udara dan tingkat kelembaban udara tinggi membuat tubuh lebih banyak menghasilkan keringat agar suhu tubuh tetap terjaga normal. Keringat pada dasarnya tidak berbau, tetapi perpaduan keringat dan bakteri pada kulit bisa menyebabkan bau badan.
Untuk itu, produsen pakaian lokal snugg memproduksi pakaian yang mengadopsi teknologi khusus, sehingga tiap helai menjadi anti bau, anti bakteri, dan anti air. Berbahan jersey yang 100% terbuat dari katun, seri Jersey Tech keluaran snugg. berfokus memberikan kenyamanan bagi para pemakai.
Berkeringat adalah hal yang lazim terjadi di negara tropis, tetapi saat bau badan dan bakteri timbul, maka hal tersebut akan mengganggu kesehatan pemakai dan kenyamanan orang di sekitarnya.
“Oleh karenanya kami menggunakan bahan jersey yang 100% terbuat dari katun, serta memiliki keunggulan nyaman dipakai, mudah menyerap keringat, dan cepat kering, sehingga membuat pakaian menjadi anti bau. Dipadu dengan teknologi anti air yang mencegah percikan air menempel pada pakaian, serta anti bakteri untuk mengurangi risiko penularan penyakit di masa pandemi, kami berharap agar ketiga teknologi ini bisa membantu meningkatkan tingkat kenyamanan pemakai,” ujar Catherine Halim salah satu pendiri Snugg.
Pendiri Snugg linnya, Elisabeth Kurniawan memaparkan, selain mengadopsi teknologi anti bau, anti bakteri, dan anti air, tiap baju keluaran snugg. dirancang sedemikian rupa agar memberikan kenyamanan bagi tiap pemakai. Hangat di musim hujan, dan cepat menyerap keringat di musim kemarau. Namun ketika perlu keluar untuk berbelanja keperluan rumah tangga, teknologi anti bakteri dan anti air akan melindungi sang pemakai secara lebih baik.
“Kami ingin menciptakan sebuah pakaian yang mampu memberikan kenyamanan bagi tiap pemakai. Suhu udara di Indonesia cenderung tinggi, tetapi hujan yang turun tanpa henti juga membuat masyarakat membutuhkan pakaian hangat yang bisa membuat mereka merasa nyaman saat beraktivitas. Namun kami paham bahwa pakaian hangat seringkali memicu keringat berlebih, yang ketika berpadu dengan bakteri pada kulit bisa menimbulkan bau badan,” tambah Elisabeth.
Snugg didirikan oleh Elisabeth Kurniawan dan Catherine Halim. Keduanya memiliki latar belakang ekstensif dalam bidang consumer brands, retail, dan teknologi. Berangkat dari pengalaman kerja di bidang consumer tech dan retail selama lebih dari 13 tahun, Elisabeth telah mendirikan jaringan belanja eksklusif The Shonet serta mendapatkan sembilan juta user dan 11.500 jejaring di industri fashion dan kecantikan. Sebelumnya ia turut membangun media daring gaya hidup perempuan Popbela.com. Ia bahkan pernah berkarir di berbagai merek ternama seperti Saint Laurent, Van Cleef & Arpels, dan Cartier.