Omicron/ucla.org
Health

Begini Cara Omicron Menyerang Antibodi Orang yang Divaksinasi dan Tidak Suntik Vaksin

Intan Riskina Ichsan
Jumat, 8 Juli 2022 - 14:49
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA — Gelombang Covid-19 saat ini menyoroti risiko tinggi infeksi ulang oleh varian Omicron dari SARS-CoV-2. Maka dari itu, kapasitas netralisasi antibodi dilakukan kepada orang yang divaksinasi maupun yang tidak.

Para peneliti menganalisis kapasitas netralisasi antibodi dari 120 orang yang terinfeksi dengan strain SARS-CoV-2 asli, atau dengan varian Alpha, Beta, Gamma, Delta, Zeta atau Omicron (sub-varian BA.1).

Dilansir dari The Indian Express, mereka menemukan bahwa Omicron mampu menghindari antibodi yang dihasilkan oleh semua varian lain.

Pada orang yang divaksinasi, kapasitas netralisasi tampak berkurang. Terlihat tetap jauh lebih unggul daripada sekadar kekebalan alami saja. Ini bisa menjelaskan mengapa Omicron bisa memicu infeksi pada orang yang sudah divaksin, tetapi tidak memicu gejala berat yang membutuhkan rawat inap.

Tim peneliti mengambil sampel darah dari 120 relawan yang sebelumnya terinfeksi salah satu varian berbeda, tidak divaksinasi, atau divaksinasi dan terinfeksi, baik sebelum atau sesudah vaksinasi.

Tujuannya adalah untuk menentukan seberapa baik antibodi yang dihasilkan selama infeksi pertama yang mampu menetralkan berbagai varian SARS-CoV-2. Omicron terbukti paling efektif untuk menghindari kekebalan alami yang sudah ada sebelumnya serta pada tingkat lebih rendah yaitu yang disebabkan oleh vaksinasi.

Tingkat antibodi terhadap SARS-CoV-2 sebelumnya pada orang yang divaksinasi kira-kira 10 kali lebih tinggi daripada orang yang hanya memiliki kekebalan pasca infeksi. Selain itu, kombinasi keduanya, yang dikenal sebagai kekebalan hibrida, tampak mempertahankan tingkat antibodi reaktif yang lebih tinggi dan lebih luas.

Dengan demikian, Omicron dapat menghindari kekebalan yang ada dan menyebabkan infeksi, tetapi rawat inap dan kematian akibat Covid-19 bahkan dengan Omicron masih berkurang setelah vaksinasi.

Dengan demikian, SARS-CoV-2 mempertahankan kemampuannya yang kuat untuk bermutasi. Kewaspadaan masih diperlukan, terutama karena kurva epidemiologis telah meningkat tajam sejak munculnya BA.5.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro