Bisnis.com, JAKARTA - Data dari idEA dan Nielsen yang mencatat transaksi produk lokal pada perhelatan Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) 2022 mencapai Rp10 triliun meningkat Rp1,5 triliun dari sebelumnya Rp8,5 triliun.
Meskipun ketertarikan masyarakat terhadap produk lokal sudah mulai meningkat, nyatanya masih banyak produk-produk yang dihasilkan oleh para perajin lokal yang belum mendapat tempat di hati masyarakat.
Desainer Wignyo Rahardi mengatakan untuk mendukung gerakan atau program Bangga Buatan Indonesia terutama untuk produk fesyen dan kerajinan atau craft, diperlukan dukungan atau peran serta dari para desainer untuk bermitra dan berkolaborasi bersama para pelaku UMKM.
“Para desainer perlu memberikan dukungan atau pendampingan kepada teman-teman UMKM khususnya di bidang wastra supaya produknya bisa lebih menarik dan memiliki nilai jual,” ujarnya.
Sebab, ketika para pengrajin bisa membuat produk yang bagus dan sesuai dengan tren yang disukai masyarakat maka secara otomatis masyarakat akan membelinya.
Karena itulah dia melihat perhelatan fesyen show seperti salah satunya Jakarta Fashion Trend bisa menjadi ajang bagi para desainer seluruh Indonesia untuk menggandeng para perajin memproduksi produk yang memiliki nilai jual dan layak ditampilkan dalam ajang-ajang bergengsi.
Pria yang sudah berkecimpung lebih dari 20 tahun di dunia fesyen ini mengatakan dalam proses pendampingan dan pembinaan, dirinya ikut terjun langsung bersama para pelaku UMKM mulai dari desain awal model batik, bordiran, atau tenun hingga menjadi produk kain yang diminati konsumen.
“Dalam proses mendesain, saya selalu melihat kecenderungan model dan tren yang disukai masyarakat kemudian bahan tersebut didesain menjadi busana untuk dibawa ke panggung fesyen show,” ujarnya.
Salah satu bentuk dukungan dan pendampingan yang dilakukan Wignyo adalah bersama para mitra binaan dari Bank Indonesia Kediri dan Kalimantan Utara. Di sini dia mencoba membuat jenis bahan kain yang sedang menjadi tren di masyarakat, lalu diproduksi menjadi busana untuk ditampilkan di ajang Jakarta Fashion Trend 2023.
Pendampingan kepada para pelaku umkm ini tidak hanya dilakukan oleh desainer yang sudah malang melintang di dunia fesyen, tetapi juga para mahasiswa sekolah model Esmod Jakarta yang aktif memberikan masukan kepada para pengrajin untuk membuat produk yang memang sedang tren di pasaran.
Nathalia Gunarian, Coordinator of International Fashion Business Esmod Jakarta mengatakan bahwa tren go lokal memang terus berkembang, termasuk di dalam dunia mode. Namun yang menjadi tantangan adalah kadangkala produk yang dihasilkan oleh pengrajin lokal dinilai belum sesuai dengan keinginan pasar.
Masih banyak masyarakat membeli produk lokal karena kasihan atau sekadar untuk membantu. Maka di sini peran mahasiswa bisnis di Esmod untuk membuat konsumen membeli bukan hanya kasihan tapi karena produknya memang bagus dan berkualitas.
“Trennya saat ini adalah kolaborasi. Karena membangun bisnis dari nol itu cukup sulit, tapi kalau mengangkat atau meng utilize produk dari yang sudah ada menjadi sesuatu yang menarik dan lebih populer maka akan lebih menarik,” tuturnya.
Di dalam hal ini maka para mahasiswa bisnis akan melakukan riset selama satu semester untuk mencari tahu tren yang sedang disukai oleh masyarakat, setelah itu mereka akan berdiskusi dengan mahasiswa desain untuk membantu membuat ide pola yang menarik.
Nantinya pola yang dibuat oleh mahasiswa desain akan diberi kepada para pengrajin untuk diproduksi menjadi produk sesuai desain yang direkomendasikan. “Jadi kita tidak membuat baru tetapi membuat yang sudah ada bagaimana agar lebih menarik atau sustain, dan lain sebagainya,” ucapnya