Bisnis.com, JAKARTA - Para ilmuwan mengatakan mereka telah berhasil menghilangkan HIV dari sel yang terinfeksi dengan menggunakan teknologi penyuntingan gen Crispr, yang telah memenangkan Hadiah Nobel.
Teknologi gen Crispr bekerja seperti gunting tetapi pada tingkat molekuler. Dia bekerja dengan cara memotong DNA sehingga bagian yang buruk dapat dihilangkan atau dinonaktifkan.
Harapannya adalah pada akhirnya dapat menghilangkan virus sepenuhnya dari tubuh, meskipun diperlukan lebih banyak upaya untuk memastikan apakah virus tersebut aman dan efektif.
Obat-obatan HIV yang ada saat ini dapat menghentikan virus, tetapi tidak menghilangkannya dari tubuh.
Tim Universitas Amsterdam, yang menyajikan sinopsis, atau abstrak, dari temuan awal mereka pada konferensi medis minggu ini, menekankan bahwa penelitian mereka baru berupa “bukti konsep” dan tidak akan menjadi obat untuk HIV dalam waktu dekat.
Dr James Dixon, profesor teknologi sel induk dan terapi gen di Universitas Nottingham, sependapat dan mengatakan bahwa temuan lengkap masih memerlukan penelitian yang cermat.
“Dibutuhkan lebih banyak penelitian untuk menunjukkan hasil tes sel ini dapat terjadi di seluruh tubuh untuk terapi di masa depan. Akan diperlukan lebih banyak pengembangan sebelum hal ini diberlakukan pada penderita HIV,” katanya, mengutip BBC, Jumat (22/3/2024).
Efek Samping
Ilmuwan lain juga mencoba menggunakan Crispr untuk melawan HIV. Excision BioTherapeutics mengatakan setelah 48 minggu, tiga sukarelawan dengan HIV tidak mengalami efek samping yang serius.
Namun Dr Jonathan Stoye, pakar virus di Francis Crick Institute di London, mengatakan menghilangkan HIV dari semua sel yang mungkin menampungnya di dalam tubuh merupakan hal yang sangat menantang.
“Efek pengobatan yang tidak tepat sasaran, dengan kemungkinan efek samping jangka panjang, masih menjadi perhatian. Oleh karena itu, tampaknya akan memakan waktu bertahun-tahun sebelum terapi berbasis Crispr menjadi rutin – bahkan dengan asumsi bahwa terapi tersebut terbukti efektif,” katanya.
HIV menginfeksi dan menyerang sel-sel sistem kekebalan tubuh, menggunakan mekanisme mereka sendiri untuk menggandakan dirinya sendiri.
Bahkan dengan pengobatan yang efektif, ada yang masuk ke kondisi istirahat, atau laten - sehingga mereka masih mengandung DNA, atau materi genetik, HIV, meskipun tidak secara aktif memproduksi virus baru.
Kebanyakan orang dengan HIV memerlukan terapi antiretroviral seumur hidup. Jika mereka berhenti mengonsumsi obat-obatan tersebut, virus yang tidak aktif tersebut dapat bangkit kembali dan menimbulkan masalah lagi.
Hanya segelintir orang yang tampaknya telah sembuh, setelah terapi kanker yang agresif memusnahkan beberapa sel mereka yang terinfeksi, namun hal ini tidak pernah direkomendasikan semata-mata untuk mengobati HIV.
Misalnya, orang yang terus menjalani pengobatan antiretroviral, yang sangat efektif, dapat memiliki harapan hidup yang sama dengan orang tanpa HIV.
Richard Angell dari Terrence Higgins Trust mengatakan beberapa tahun lagi, penelitian saat ini merupakan langkah penting dalam pencarian obat HIV. Perlu upaya lebih lanjut untuk mengubah teknologi ini menjadi obat bagi mereka yang sudah mengidap HIV harus dipercepat.
“Meskipun belum ada obat untuk HIV, penting bagi setiap orang untuk mengetahui bahwa kita memiliki pengobatan HIV yang sangat efektif. Dengan pengobatan tersebut, orang yang hidup dengan HIV dapat berharap untuk berumur panjang dan sehat. Kami memiliki semua alat yang diperlukan untuk mengakhiri kasus HIV baru di Inggris pada tahun 2030 - dan menandainya pertama kalinya virus dihentikan tanpa vaksin atau obat," jelasnya.
