Bisnis.com, JAKARTA - Ancaman penyakit jantung kini kian serius di masyarakat. Pasalnya, diperkirakan 60% warga Amerika Serikat akan terjangkit penyakit jantung pada tahun 2050.
Hal itu dilaporkan dalam pemberitaan American Heart Association. Dalam 30 tahun ke depan setidaknya 6 dari 10 orang dewasa di AS terserang beragam penyakit kardiovaskular.
“Dekade terakhir telah terjadi lonjakan faktor risiko kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, diabetes, dan obesitas, yang masing-masing meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke,” kata direktur asosiasi di Pusat Penelitian Hasil Kardiologi Richard A dan Susan. F, Dhruv S. Kazi, dikutip pada Kamis (6/6/2024).
Dhruv mengatakan hal ini juga sejalan dengan proyeksi dari tahun 2020 hingga 2050 terkait meningkatnya penderita hipertensi di negeri Paman Sam itu sebanyak 61%. Disusul obesitas dari 43,1% menjadi 60,6% dengan rentang usia 20 sampai 64 tahun.
Pada tahun 2050, sepertiga dari seluruh anak diperkirakan terserang obesitas. Peningkatan tertinggi terjadi pada anak-anak berusia 2 hingga 5 tahun dan 12 sampai 19 tahun. Selanjutnya pengidap diabetes juga diperkirakan meningkat dari 16,3% menjadi 26,8%.
Deretan penyakit tersebut memberikan sumbangsih besar atas meningkatnya penyakit kardiovaskular, terutama jantung. Jika ditarik ke belakang, hal ini diakibatkan banyaknya masyarakat yang abai terhadap kesehatan.
Masyarakat cenderung mengonsumsi makanan tinggi lemak, gula, dan garam yang biasanya didapatkan dari makanan ultra proses. Pasalnya, anak-anak dan remaja di Amerika Serikat mengonsumsi makanan ultra proses hingga 70%.
"Pada tahun 2060, lebih dari dua pertiga anak-anak akan berada dalam kelompok masyarakat yang kurang terlayani dan kehilangan haknya, yang biasanya memiliki tingkat penyakit kardiovaskular dan faktor risiko yang lebih tinggi,” jelas Dhruv.
“Karena risiko kardiovaskular meningkat seiring bertambahnya usia, populasi menua meningkatkan beban total penyakit kardiovaskular di negara ini," imbuhnya.
Diperkirakan penyakit ini akan menyebabkan kerugian tiga kali lipat sebesar US$1,8 triliun pada tahun 2050.
“Tidak mengherankan jika peningkatan besar dalam faktor risiko dan penyakit kardiovaskular akan menimbulkan beban ekonomi yang besar," pungkasnya. (Muhammad Sulthon Sulung Kandiyas)