Bisnis.com, JAKARTA – Desainer fesyen muslim Windri Widiesta Dhari menilai pemerintah perlu dukung keberadaan bahan baku dalam negeri untuk produksi industri fesyen muslim.
Hal tersebut dapat mendukung target Indonesia sebagai kiblat fesyen muslim dunia pada 2020.
Windri Widiesta Dhari, pemilik merek fesyen muslim Nur Zahra, menilai harga bahan baku tekstil dalam negeri masih tinggi. Hal tersebut dapat menghambat produk fesyen muslim untuk bersaing dengan produk luar yang lebih murah.
Baca Juga 'Sekar', Film Pendek tentang Batik |
---|
Kepada Bisnis, Windri menjelaskan produknya dapat bersaing di pasar internasional. Ia unggul dalam desain yang menonjolkan unsur kebudayaan Indonesia, namun ia sendiri mengakui tingginya harga bahan baku membuatnya kalah saing dari produsen yang memiliki bahan baku lebih murah.
"Sebenarnya enggak terkendala, cuma harganya mungkin kalau competition pasti kalah [dibanding produk fesyen muslim luar yang murah]," tutur Windri saat ditemui Bisnis di gerainya, Senin (1/10/2018).
Windri menilai pemerintah perlu berperan dalam mendukung tersedianya bahan baku murah yang berkualitas. Bahan baku impor menjadi salah satu penyebab tingginya harga.
"Jadi sebenarnya kuncinya kalau kita di-support bisa dapat bahan baku, jadi kaya [produksinya] begitu. Jadi kita gak perlu harus minimum order berapa gitu [untuk memenuhi biaya produksi], tapi benar-benar disuplai gitu," tutur Windri.
Dukungan tersebut diperlukan untuk mendorong produksi fesyen dalam negeri yang berdaya saing internasional. Kementerian Perindustrian targetkan Indonesia jadi kiblat fesyen muslim pada 2020.
Saat ini Indonesia termasuk ke dalam lima negara anggota Organisasi Kerja sama Islam pengekspor fesyen muslim terbesar.
Baca Juga 'Night School' Puncaki 'Box Office' |
---|