Bisnis.com, JAKARTA -- Skoliosis merupakan kelainan pada tulang belakang, di mana tulang punggung tumbuh melengkung seperti huruf C atau S. Kasus ini sering dijumpai pada anak-anak umumnya pada remaja perempuan.
Dr. Lee Chee Kean, Consultant Orthopaedic Spine Surgeon ALTY Hospital Kuala Lumpur menyebutkan bahwa skoliosis bisa dideteksi sejak dini. Namun, umumnya terjadi pada anak kecil, perempuan.
"Dari 10 orang yang mengidap skoliosis, 9 orang perempuan, 1 laki-laki. Penyebabnya mungkin keturunan, tapi keturunan itu bisa dapat bisa tidak," ujarnya.
Skoliosis dibagi menjadi tiga tipe, yaitu:
1. Skoliosis idiopatik
Jenis skoliosis yang paling umum. “Idiopatik” berarti penyebabnya tidak diketahui. Penelitian menunjukkan bahwa penyakit ini diturunkan dalam keluarga dan memiliki hubungan genetik (keturunan).
2. Skoliosis kongenital
Kelainan tulang belakang langka yang dapat dideteksi oleh penyedia layanan kesehatan saat lahir. Ini terjadi ketika tulang belakang tidak terbentuk sebagaimana mestinya selama perkembangan embrio.
3. Skoliosis neuromuskular
Kelainan pada otot dan saraf yang menopang tulang belakang Anda menyebabkan jenis ini. Biasanya terjadi bersamaan dengan kondisi neurologis (saraf) atau otot seperti cedera, serebral palsi, spina bifida, atau distrofi otot.
Baca Juga Apa Sih Sebenarnya Penyebab Skoliosis |
---|
Dr. Lee menjelaskan bahwa skoliosis secara umum tidak menimbulkan gejala apa pun. Namun, pada jenis skoliosis tertentu seperti idiopatik bisa bertambah parah dan semakin melengkung seiring bertambahnya usia.
"Untuk jenis ini dia akan semakin lama semakin melengkung dan bisa menekan organ dalam tubuh, jantung, paru, usus, dan lainnya. Sampai mana dia akan menekan? Bisa saja sampai 90 derajat, tapi saat itu paru sudah kempes, jantung sudah sulit berdetaknya, kalau mau dioperasi bagaimana mau bius? Kita harus bedah lebih awal. Lebih dari 70 derajat sudah sangat bahaya," ujarnya.
Selain itu, skoliosis yang semakin parah juga bisa menyebabkan sakit punggung, kesulitan berdiri tegak, pelemahan otot perut, nyeri, kebas atau pelemahan pada kaki.
Lalu, bagaimana mendeteksi skoliosis?
Pada anak, Dr. Lee menyebut, orang tua bisa melakukan Adam's Forward Bending Test. Dalam tes ini, anak akan diminta menunduk 90 derajat ke depan, dan orang tua lihat dari belakang punggungnya dan bahunya sama rata atau tidak.
"Kalau tidak sama rata, atau tinggi sebelah ini harus dibawa ke dokter spesialis," ungkapnya.
Adapun, tanda skoliosis lainnya antara lain:
1. Bahu tidak rata.
2. Bilah bahu yang menonjol.
3. Kepala yang tidak berada di tengah di atas panggul.
4. Pinggang tidak rata.
5. Pinggul tinggi sebelah.
6. Konstan condong ke satu sisi.
7. Panjang kaki tidak rata.
8. Perubahan penampilan atau tekstur kulit (lesung, bercak rambut, perubahan warna kulit) di sepanjang tulang belakang.
Dr. Lee juga mengungkapkan bahwa Skoliosis juga tidak bisa diluruskan 100 persen. Dokter spesialis ortopedi bisa saja memberikan penyangga selama masa pertumbuhan untuk menghentikan pelengkungannya.
"Namun, kalau misalnya bertambah derajatnya, kami akan tetap sarankan operasi memasang pen atau besi di tulang belakang. Ini pun hanya untuk menahan agar tidak lanjut melengkung bukan untuk meluruskan," imbuhnya.